Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim (PKT) bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk mengkaji rancangan pembangunan fasilitas produksi green ammonia berkapasitas sebesar 1 juta ton per tahun.Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi menyebutkan nilai investasi dari pembangunan fasilitas ini mencapai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 60,2 triliun. Dia menambahkan, saat ini pelaku industri kian dipacu melakukan inovasi dan teknologi untuk melahirkan energi yang lebih rendah emisi.Menuju industri yang lebih less carbon, menurutnya diperlukan bahan bakar transisi yang lebih ramah lingkungan, salah satunya adalah amonia.@import url(“https://awscdnstatic.detik.net.id/live/_rmbassets/2022/parallax/parallax.css”);ADVERTISEMENT googletag.cmd.push(function() { googletag.display(‘div-gpt-ad-1656924044359-0’); }); SROLL T RESUME CONTENTfunction paraA(e) {var p = $(e);$(e + ” .para_fix”).width(p.width());}$(“.paraA iframe”).on(“load”, paraA(“.paraA”));“Saat ini amonia digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk urea dan bahan pendukung untuk tekstil, pertambangan, dan farmasi, namun di masa depan, amonia diprediksi menjadi alternatif bahan bakar masa depan yang jauh lebih ramah lingkungan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (21/6/2023).Baca:DPR Kritik Kebijakan Terakhir Jokowi, Pemerintah Bilang IniSeiring berkembangnya teknologi, muncullah opsi clean ammonia yang bisa menggerakkan dunia untuk menjadi lebih ramah lingkungan karena jejak karbon yang lebih rendah. Clean ammonia terdiri dari blue dan green ammonia yang belakangan ini disebut sebagai salah satu sumber energi bersih baru yang menjanjikan.”Hari ini, orang masih berbicara tentang clean ammonia sebagai sebuah niche energy source (energi yang masih terbatas). Tapi clean ammonia akan tumbuh, dalam estimasi ami dar 2020 hingga 2050 akan tumbuh menjadi 350%. Porsinya itu akan melebihi porsi dari grey ammonia yang sekarang masih mayoritas digunakan, dan sebagian dari grey itu akan berubah menjadi blue,” jelasnya.Rahmad pun mengungkapkan bahwa dalam clean ammonia memiliki beberapa keunggulan. Pertama, dalam produksinya, dua varian clean ammonia sudah menggunakan sumber energi terbarukan.Blue ammonia diproduksi melalui proses konversi grey ammonia menggunakan blue hydrogen yang dihasilkan melalui pemisahan molekul air (H2O) dengan menggunakan sumber energi fosil, seperti gas alam atau batubara. Sedangkan green ammonia diproduksi menggunakan green hydrogen melalui proses elektrolisis air menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, hingga panas bumi.Keunggulan kedua, proses produksi clean ammonia rendah karbon. Dalam prosesnya, blue ammonia dapat diproduksi dan digunakan pada infrastruktur yang sudah ada tanpa perubahan yang signifikan karena sifatnya yang hampir ama dengn grey ammonia. Perbedaan produksi blue ammonia terletak pada teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang memungkinkan pemisahan produksi amonia dari emisi karbon.Di sisi lain, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, green ammonia diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik yang diperlukan dalam proses elektrolisis air. Dalam proses elektrolisis air, listrik diarahkan untuk memisahkan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen.”Hidrogen yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan nitrogen atmosfer untuk menghasilkan amonia. Dengan digunakannya sumber energi terbarukan, proses produksi green ammonia ini tidak menghasilkan emisi karbon,” sambung Rahmad.Lebih lanjut, keunggulan yang ketiga yakni clean ammonia dapat dimanfaatkan sebagai penyimpanan energi mulai dari hidrogen hingga listrik. Dengan begitu penggunaan energi berbasis hidrogen, baik dalam pembangkit listrik maupun transportasi, akan menjadi lebih mudah karena hidrogen disimpan dalam bntuk yangkurang mudah terbakar atau rentan rusak.Selain itu, green ammonia yang dijadikan penyimpan listrik juga dapat diubah kembali menjadi listrik melalui proses pembakaran atau reaksi elektrokimia, menghasilkan energi yang dapat digunakan.”PKT saat ini menempatkan dirinya sebagai pelopor transformasi hijau industri petrokimia berbasis gas alam di Indonesia. Menjadi perusahaan yang lebih ramah lingkungan tentunya tidak cukup. Tapi kami juga harus menjadi perusahaan yang lebih bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap dampak sosialnya, maupun bertanggung jawab pada pengelolaannya,” tutur Rahmad.Baca:Dunia ‘Tersandera’ Rusia, Ancaman Kelaparan Mengintai
[Gambas:Video CNBC]
var relatedVideos = JSON.parse(‘[{“pageUrl”:”https://cnbcindonesia.com ews/20230525091902-8-440422/ini-kunci-pupuk-kaltim-raih-posisi-ke-3-esg-risk-rating-dunia”,”embedUrl”:”https://www.cnbcindonesia.com/embed/video/440422?comscore=off”,”time”:668,”title”:”Ini Knci Pupuk Kaltim Raih PosisiKe-3 ESG Risk Rating Dunia”,”animatedUrl”:””,”imageUrl”:”https://akcdn.detik.net.id/visual/2023/05/25/ini-kunci-pupuk-kaltim-raih-posisi-ke-3-esg-risk-rating-dunia_169.png”}]’);
Artikel Selanjutnya Ini Kunci Pupuk Kaltim Raih Posisi Ke-3 ESG Risk Rating Dunia
(rah/rah)